Tugas 22 Juni/ Pernyataan Lengkap Pemerintah soal 37.420 Kasus Positif Corona Per 13 Juni


Nama                   : Yusuf Mustakim
NIM dan Kelas     : 11160510000106 / Jurnalistik 4 A
Mata Kuliah         : Filsafat Islam

Jakarta - 
Pemerintah terus memperbarui data kasus virus Corona (COVID-19) di Indonesia. Per hari 13 Juni 2020, tercatat total kasus positif Corona sebanyak 37.420, kemudian 13.776 sembuh, dan 2091 kasus meninggal.
"Hari ini kita telah melakukan pemeriksaan spesimen sebanyak 16.574 orang, sehingga total yang kita periksa spesimen adalah 495.527 orang. Dari kasus yang kita dapatkan, untuk konfirmasi positif COVID-19 hari ini sebanyak 1.014 orang, sehingga total menjadi 37.420 orang," kata juru bicara pemerintah untuk penanganan COVID-19 Achmad Yurianto (Yuri), yang disiarkan di akun YouTube BNPB, Sabtu (13/6/2020).
Yuri menyebut penambahan pasien sembuh per hari ini sebanyak 563, sehingga total menjadi 13.776 orang telah sembuh dari Corona. Pasien meninggal karena Corona juga bertambah 43 orang, sehingga menjadi 2.091 orang.
Sementara itu, berdasarkan persentase, per hari ini kesembuhan terhadap virus Corona berada pada persentase 53,8 persen. Sementara itu, menurutnya kasus meninggal berada pada angka 5,78 persen.
"Kalau kita lihat angka ini, ada di kisaran 53,8 persen dari kasus yang kita rawat. Kemudian kasus meninggal 43. Kalau kita lihat, ini totalnya sekitar 2.091, total sekitar 5,78 persen kalau kita lihat angka kematiannya," ujar Yuri.
Sementara itu, anggota Tim Komunikasi Publik Gugus Tugas Nasional Percepatan untuk Penanganan COVID-19 dr Reisa Broto Asmoro mengingatkan masyarakat terkait menjaga protokol kesehatan di pasar bagi pedagang dan pembeli. Dia mengimbau agar masyarakat dan pedagang yang sakit sebaiknya tidak beraktivitas di pasar.
"Kalau kita sakit, sebaiknya jangan ke pasar, jangan ke luar rumah sama sekali. Apabila kita sehat, kita ke pasar dengan tetap memperhatikan jaga jarak, harus memakai masker, dan selalu membawa cairan pencuci tangan, atau pengelola pasar biasanya akan menyiapkan tempat cuci tangan yang ada sabun dan air mengalir," sebut Reisa.
Berikut ini pernyataan lengkap Achmad Yurianto dan dr Reisa Broto Asmoro:
Selamat sore Saudara-saudari. Sudah sejak lama pasar tradisional kita menjadi tempat berkumpulnya masyarakat. Pasar tradisional juga menjadi tulang punggung ekonomi masyarakat, bahkan beberapa pasar tradisional legendaris, Pasar Beringharjo di Yogyakarta, Pasar Klewer di Kota Solo, Pasar Johar di Semarang, dan Pasar Sukowati di Bali, dan banyak lainnya menjadi lokasi wisata sebelum pandemi ini.
Dari hasil survei profil pasar tahun 2018 oleh BPS, ada lebih dari 14 ribu pasar tradisional di Indonesia atau sama dengan 90 persen dari seluruh jenis pusat perdagangan yang ada di negara kita.
Namun, Bapak, Ibu, Saudara-saudari sekalian, kita harus hati-hati karena pasar termasuk tempat yang rentan terjadinya penularan virus Corona atau COVID-19, banyaknya orang yang datang dari segala penjuru kota sering kali menjadikan pasar penuh sesak, kebersihan yang belum terjaga dan standar sanitasi yang belum ketat membuat pasar menjadi tempat berisiko. Berdasarkan pertimbangan ini pemda merasa perlu melakukan rapid test di pasar, dan hasilnya menurut Ikatan Pedagang Pasar Indonesia atau IKPPI, lebih dari 400 pedagang di 93 pasar tradisional telah terinfeksi COVID-19.
Namun, Saudara-saudari, seperti yang sudah saya sebutkan di awal, masih ada belasan ribu pasar lainnya yang tidak melaporkan kasus positif COVID-19, bahkan di antaranya sudah disiplin melakukan protokol kesehatan, dan melakukan sosialisasi yang masif untuk memutus mata rantai penularan COVID di pasar.
Beberapa pasar menjadi contoh penerapan adaptasi kebiasaan baru dengan mempraktikkan protokol kesehatan yang baik, misalnya di Yogyakarta diberlakukan kawasan wajib masker di pasar, Pasar Bukateja di Purbalingga, Jawa Tengah, membatasi lapak para pedagang dengan partisi atau pembatas plastik, para pedagang pun mengenakan masker dengan pelindung wajah atau face shield. Sistem pembukaan kios di pasar secara bergiliran akan dibuka di Jakarta, rencananya mulai 15 Juni 2020, sedangkan upaya menjaga jarak di Pasar Salatiga dipraktikkan sejak beberapa minggu yang lalu, Pasar Bendo, Trenggalek, membatasi jarak antarkios dengan plastik transparan dan menjual menggunakan sarung tangan plastik atau face shield pelindung wajah tadi.
Meski baru uji coba, langkah ini perlu dipuji dan diikuti. Di beberapa pasar di Jakarta, beberapa petugas parkir membatasi jumlah orang dan kendaraan yang masuk agar penjarakan (membuat jarak) tetap dipraktikkan. Bapak, Ibu, Saudara-saudari, tes masal yang dilaksanakan apabila ada pedagang atau pembeli yang ditemukan positif, maka pemda akan menutup pasar untuk sementara. Tindakan ini untuk memberikan ruang dan waktu bagi dinas kesehatan dan pemerintah daerah untuk melacak riwayat kontak dari kasus tersebut dan meningkatkan kembali kebersihan dan kesehatan lingkungan pasar dan tentunya jadi pelajaran bagi kita baik pedagang maupun masyarakat untuk menjaga kesehatan dan keselamatan pasar bersama-sama secara kolektif, dan secara bergotong royong.
Kalau kita sakit, sebaiknya jangan ke pasar, jangan ke luar rumah sama sekali. Apabila kita sehat, kita ke pasar dengan tetap memperhatikan jaga jarak, harus memakai masker dan selalu membawa cairan pencuci tangan, atau pengelola pasar biasanya akan menyiapkan tempat cuci tangan yang ada sabun dan air mengalir.
Kemarin saya sudah menceritakan kalau mencuci tangan bukan hanya membantu melindungi kita dari COVID-19, tapi juga membunuh kuman yang menyebabkan penyakit lainnya, dan jangan lupa bawa tas sendiri dari rumah. Pastikan tas belanja adalah yang kita percayai bersih dan steril dari kuman.
Setelah sampai rumah praktikkan protokol pencegahan dan perlindungan anggota rumah tangga, bersihkan bawaan dari pasar, semprot alas kaki dengan disinfektan atau air dan sabun, kemudian ganti baju dan segera mandi dan cuci semua belanjaan dari pasar. Apabila kita bersih, kita aman dari virus. Apabila kita aman dari virus, semua isi rumah akan aman dan sehat.
Saudara-saudari, pada kesempatan ini, saya sampaikan kembali bahwa telah keluar surat edaran dari Mendag Nomor 12 Tahun 2020 tentang pasar yang beradaptasi dengan kehidupan baru, yang mengatur, pertama, Bapak-Ibu para pedagang tradisional wajib menggunakan masker atau face shield dan sarung tangan selama beraktivitas, hindari menyentuh wajah, terutama mata, hidung, dan mulut, ketika berdagang, apalagi menaikturunkan masker dengan tangan yang kotor. Dan ingat, cuci tangan sesering mungkin.
Kedua, Bapak-Ibu pedagang hanya boleh berjualan jika memiliki suhu badan di bawah 37,3 derajat Celcius. Ini adalah panduan Badan Kesehatan Dunia WHO. Pemeriksaan suhu tubuh bagi para pedagang wajib dilakukan sebelum pasar dibuka, tak hanya itu orang dengan gangguan pernapasan batuk atau flu sebaiknya jangan masuk ke pasar, risikonya terlalu tinggi baik bagi penderita penyakit karena kondisi kesehatan bisa lebih menurun, maupun bagi orang lain karena bisa berisiko menularkan dan tertular. Para pedagang juga wajib menjaga kebersihan masing-masing lapak atau kios, serta sarana umum yang ada di lingkungan pasar tersebut seperti di toilet, tempat parkir, atau tempat pembuangan sampah.
Ketiga, semua pedagang pasar rakyat harus negatif COVID-19, dan hal itu bisa dilakukan dengan membuktikan hasil pemeriksaan PCR, atau menggunakan rapid test. Pelaksanaan test COVID-19 tersebut akan difasilitasi oleh pemerintah daerah.
Keempat, perlu ada pembatasan pengunjung di pasar, jumlah pengunjung di pasar dibatasi maksimal 30 persen dari jumlah pengunjung pada saat tidak pandemi, pengelola pasar harus mengawasi pergerakan pengunjung di pintu masuk dan pintu keluar pasar guna mencegah adanya kerumunan pembeli. Para penjual juga harus menjaga jarak dengan pembeli minimal 1,5 meter. Tiap kios paling tidak dikunjungi 5 orang saja.
Kelima, pengelola pasar diimbau jaga kebersihan dengan melakukan penyemprotan disinfektan secara berkala setiap dua hari sekali. Selain itu, pengelola wajib menyiapkan tempat cuci tangan, sabun, atau minimal hand sanitizer di area pasar dan toko swalayan. Maka pengunjung yang menuju ke pasar diwajibkan mencuci tangan terlebih dahulu.
Keenam, para pedagang juga harus mengoptimalkan tempat berjualan, di tempat terbuka atau pun di tempat parkir dengan physical distancing, jarak antarpedagang 1,5-2 meter. Sekali lagi, diharapkan kerja sama semua pihak. Apabila ada pedagang yang tidak mematuhi protokol tersebut, pihak pengelola pasar bisa memberikan teguran ataupun sanksi. Apakah ini rumit? Tidak juga, Bapak-Ibu sekalian, karena reformasi pasar sudah dilakukan sejak lama, bahkan sejak 14 tahun lalu sudah digencarkan, untuk mengendalikan wabah sejak 2005 sampai 2009, yaitu wabah flu burung. Jadi ini bukan langkah baru untuk membenahi pasar, kalau pasar kita sehat, masyarakat semakin kuat, agar tetap semangat bersatu melawan COVID-19 sampai menang.
Bayangkan hari kerja yang produktif, kerepotan anggota keluarga yang merawat, menambah beban tenaga medis yang sedang berjuang juga menyembuhkan kasus COVID-19 lainnya, dan biaya yang keluar baik bagi asuransi, BPJS dan diri sendiri adalah pengobatan lebih mahal daripada pencegahan. Bapak, Ibu, Saudara-saudari, yuk kita jaga kesehatan, kesehatan diri, kesehatan keluarga, tetangga, lingkungan, masyarakat, termasuk kesehatan pasar agar kita tetap produktif dan tetap aman COVID-19. Bisa ya? Kita pasti bisa, karena kita Indonesia dan kita pasti bisa. Sekarang saya akan mempersilakan bapak Achmad Yurianto untuk menyampaikan kinerja hari ini.
Achmad Yurianto
Terima kasih, dr Reisa, hari ini pada tanggal 13 Juni 2020 kita telah melakukan beberapa kajian data dalam seminggu kemarin terkait dengan percepatan penanggulangan COVID-19. Seperti kita ketahui bersama sejak awal COVID-19 ini masuk ke wilayah tanah air kita, maka hal terbesar yang kita lakukan adalah penguatan pintu masuk negara, sebagai upaya kekuatan cegah tangkal kita untuk membendung jangan sampai kasus ini masuk ke wilayah tanah air. Namun, dengan berjalannya waktu, penularan yang sekarang ini kita identifikasi lebih didominasi oleh kasus penularan lokal, bukan lagi pada kasus imported case dari luar negeri, namun lokal transmission yang jadi perhatian kita.
Karena itu, gambaran-gambaran epidemiologi masing-masing daerah tidak berikan gambaran yang sama, beberapa daerah kita memiliki risiko yang lebih tinggi untuk munculnya penularan karena aktivitas sosialnya yang lebih tinggi dibanding dengan daerah lain. Inilah yang kemudian secara tepat beberapa pemerintah daerah mengimplementasikan pembatasan sosial berskala besar, dengan tujuan mengurang mobilitas penduduk sebagai faktor pembawa virus yang bisa menyebabkan penularan ke orang lain.
Hari ini kita telah melakukan pemeriksaan spesimen sebanyak 16.574 orang, sehingga total yang kita periksa spesimen adalah 495.527 orang, dari kasus yang kita dapatkan untuk konfirmasi positif COVID-19 hari ini sebanyak 1.014 orang, sehingga total menjadi 37.420 orang. Kalau kita rinci lebih lanjut bahwa penambahan kasus 1.014 orang ini tidak merata pada seluruh provinsi, ada 5 provinsi yang merupakan jumlah kasus tertinggi melaporkan hari ini di antaranya adalah Jawa Timur yang melaporkan 176 kasus baru sementara kasus sembuh yang dilaporkan Jawa Timur 252 orang, Sulawesi Selatan kasus baru meningkat 125 orang kasus sembuh 36 orang, Kalimantan Selatan 123 orang kasus baru dan 22 sembuh, DKI Jakarta 121 orang dengan 59 sembuh, Sumatera Utara 94 kasus baru hari ini tidak ada dilaporkan kasus sembuh.
Dari keseluruhan masih ada 18 provinsi yang melaporkan kasusnya di bawah 10 bahkan ada 5 provinsi yang melaporkan tidak ada kasus sama sekali. Saudara-saudara total kasus sembuh pada hari ini adalah 563 sehingga akumulasi kasus sembuhnya menjadi 13.776. Kalau kita liat angka ini maka ada di kisaran 53,8 persen dari kasus yang kita rawat, kemudian kasus meninggal 43 kalau kita liat ini totalnya sekitar 2.091, total sekitar 5,78 persen kalau kita lihat angka kematiannya.
Data ini tentunya tidak akan bisa secara utuh dibandingkan dengan negara lain karena tingkat ancaman epidemiologisnya tidak sama. Sebagai contoh, kalau kita melihat pada DKI Jakarta sebagai episentrum yang besar, kita lihat jumlah tes per 1 juta penduduk di DKI adalah 17.954 orang, angka ini berada di atas Thailand yang secara keseluruhan mencapai 6.708 per 1 juta penduduk, Filipina 4.419 orang per 1 juta penduduk, bahkan Jepang hanya 2.626 per 1 juta penduduk. Memang kalau dibandingkan dengan Malaysia, kita masih agak di bawah karena Malaysia sudah melakukan 19.118 tes per 1 juta penduduk.
Karena itu kalau secara keseluruhan kalau kita menghitung seluruh wilayah tanah air kita, tes kita masih rendah, 1.752 test per 1 juta penduduk. Namun ini bukan merupakan sebuah gambaran yang bisa kita berikan kesan bahwa keseriusan pemerintah tidak terlihat, karena kita melihat tanah air kita terdiri dari banyak kepulauan, terdiri dari banyak wilayah yang cukup luas dengan kepadatan dan risiko mobilitas orang yang terkait faktor pembawa penyakit cukup besar, yang sangat berbeda.
Oleh karena itu, kami sedang mempelajari beberapa hal terkait dengan episentrum yang lain, seperti kota Surabaya, Makassar, Kalsel, untuk kita hitung kembali berapa yang sudah kita lakukan tes per 1 juta penduduk. Saudara-saudara, ini jadi faktor pengukur yang lebih objektif kalau kita ingin melihat kinerja secara keseluruhan dari upaya kita bersama dalam menanggulangi COVID-19.
Karena itu, kembali lagi kunci yang utama adalah memutus rantai penularan, ini bisa kita lakukan dan ini yang harus kita lakukan, menjaga jarak, menggunakan masker, dan mencuci tangan adalah poin-poin yang harus kita lakukan. Ini adalah kebiasaan baru, ini tatanan hidup baru yang harus kita lakukan, karena dengan cara ini kita bisa mengendalikan penularan dari satu orang ke orang lain, di samping kita menjalankan arahan dari Presiden untuk melaksanakan tracing secara agresif dari semua kasus positif. Dari hasil tracing kemudian dilakukan pemeriksaan secara masif agar kita bisa mendapatkan kasus yang harus kita isolasi. Karena, kalau tidak upaya kita untuk membendung dan memutus rantai penularan, akan semakin berat. Karena itu, kita patuhi bersama protokol kesehatan, disiplin menjalankannya, secara bersama-sama terus-menerus dari pusat sampai ke daerah, dengan cara ini kita pasti bisa mengatasinya.
Saudara-saudara, optimistis, kita pasti bisa, terima kasih. Selamat sore.


Tanggapan:
Tiga puluh empat lebih kasus Covid-19 di Indonesia bukanlah jumlah yang sedikit. Bahkan jumlah penyebarannya pun mulai merata di seluruh Indonesia. Tentu ini menjadi focus utama kita dalam waktu dekat ini. Bagaimana cara mengurangi enyebaran covid-19 ini, peran pemerintah harus didukung secara massif oleh masyrakat. Kita harus memutus rantai penyebaran virus ini agara tidak semakin menyebar dan menimbulkan korban jiwa.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mimpi Nikah Di Awal Tahun

Alesan menjomblo oleh si jomblo

Pacaran atau jomblo. Pilih yang mana..?